badge

Saturday 27 December 2014

Pengabdianku Di Mulai Dari Ribuan Pulau (Bagian I)

Waktu yang dinanti tiba juga, dimana aku harus meninggalkan tanah Jawa yang penuh kenangan. 

Disini aku dilahirkan....
Disini aku dibesarkan selama 23 tahun..
Disini aku di sekolahkan dan menimba ilmu  selama 18 tahun...
dan Disini ku dibuai dengan gemerlap infrastuktur, teknologi dan kenyamanan hidup...
dan hari ini aku harus meninggalkan sementara selama satu tahun.

Terbang ke tanah Papua, tanah yang kaya, surga kecil yang jatuh di Bumi Ibu Pertiwi wilayah Timur Indonesia, jika melihat peta ternyata jauh juga. Ini adalah kesempatanku kedua keluar dari pulau Jawa. Dulu penggalaman pertama saat di Bali acara IM3 Holiday selama 4 hari , dan sekarang di Pulau Papua selama 1 tahun. Misi utama adalah mengabdi dan mendidik laskar mutiara hitam disini.

Rabu, 27 Agustus 2014 Pesawat Sriwijaya mengantarkan 20 peserta SM-3T UNESA angkatan 4 berangkat dari Bandara Juanda dengan tujuan Sorong. Kami didampingi oleh tiga dosen yaitu Bu Lutfi, Bu Lusi dan Pak Yoyok. Hati ini sedih ketika berpisah dengan orang tua, keluarga dan teman tercinta tapi ku yakinkan hati ini dan mengatakan satu tahun itu cepat.


Perjalanan dari Kodikmar menuju Juanda sore hari dok.Pribadi
Pesawat kami transit di Makasar tiba pukul 00.30 WITA dan kilauan lampu di pantai Losari bisa kami nikmati dari atas pesawat. Kami bersyukur bisa menginjakan kaki di Pulau Sulawesi walau itu hanya sekedar transit. Menurutku bandara disini lebih elok daripada di Juanda mungkin karena baru direnovasi :-D

Ikon replika kapal phinisi  khas rakyat Makasar di Bandara Sultan Hasanuddin dok.Pribadi

Kami melanjutkan perjalanan menuju Sorong pukul 04.00 WITA dan tiba di Bandara Dominique Edward Osok Sorong pukul 07.30 WIT. 
Bersama teman, kami saling membantu mencari tas kami, dan Alhamdulillah semua lengkap tidak ada yang hilang. Perjalanan kami belum usai, kami bergegas menuju pelabuhan rakyat sekitar 3 km dari bandara. Kendaraan kami sungguh istimewa menandakan kami SM-3T sejati, walau terik matahari kota Sorong sangat menyengat, kami tidak risau karena tekad dan semangat kami untuk mengabdi sudah bulat.

Tiba di Pelabuhan kami melanjutkan jalur laut dengan menggunakan Kapal Berkat Mulia  tujuan Waisai dengan harga tiket 100 ribu/orang dan ditempuh selama 1,5 jam. Sebelum perjalanan Bu Lutfi membagikan nasi bungkus dengan menu nasi padang lauk ayam. Sensasi ayam di Kodikmar masih menggoyang lidah kami, karena selama pendidikan menu lauk  andalannya yaitu ayam, telur, ayam  “Ayamnya bertelur, telurnya menetas jadi ayam dan begitulah siklusnya seperti makanan kita”


Selama perjalanan kami disuguhkan pemandangan yang luar biasa, laut biru di kelilingi pulau kecil yang merupakan bagian dari wilayah Raja Ampat. Raja Ampat bagaikan Piring yang terbelah karena begitu banyak ratusan dan mungkin ribuan pulau yang tersebar di wilayah ini. Kami melihat Pulau Salawati dari atas kapal yang merupakan salah satu gugusan pulau terbesar di wilayah Raja Ampat. Pulau ini lokasinya paling dekat dengan Sorong, akan tetapi tidak seluruh wilayah di Pulau Salawati merupakan bagian dari Raja Ampat (padahal satu pulau) . Raja Ampat merupakan daerah pemekaran dari wilayah Sorong 9 tahun silam.

Pulau Salawati satu dari empat pulau besar di Raja Ampat dok.Pribadi
Pukul 12.00 WIT kami tiba di Pelabuhan Waisai dan melanjutkan perjalanan menuju penginapan sementara di daerah kimindores. Lokasinya 1 km dari pantai WTC. Penginapan ini mungil sekali, berbentuk  rumah panggung dengan kamar mandi dalam dan setiap kamar dihuni maksimal dua orang. Suara burung dan deru ombak yang berada di depan penginapan membuatku ingin segera melusuri pantai di Waisai.
Hotel Imelda dok.Pribadi 
Selesai berbenah diri, sorenya kami menelusuri pantai WTC “Waisai Torang Cinta” untuk menikmati sunset. Cuaa yang cerah dengan hangatnya mentari sore  diiringi angin yang berhembus merdu  seakan menyambut kedatangan kami dengan ramah. Jejak kegiatan Sail Raja Ampat masih terlihat jelas di pantai ini dimana kegiatan ini menjadi sorotan berita nasional dan internasional betapa kayanya Indonesia mempunyai obyek wisata yang tak tertandingi.

Senja di WTC dok.pribadi
Walau matahari tengelam di ufuk barat tak bisa ku menatapnya, kulayangkan rinduku di barat Indonesia.
Aku sudah sampai di tempat tugas...
Lika-liku kehidupan di Papua akan segera dimulai..
Doamu selalu menyertaiku..
Doamu membuat ku kuat untuk menghadapi sesuatu...
Mutiara hitam telah menunggu kehadiranku...
Aku tak tau bagaimana keadaan tempat tugas kelak...
Dari perjalanan pengabdian disinilah ku harus belajar...
Belalajar dari keterbatasan...mensyukuri dari segala keterbatasan....
Tetap semangat